Doktor Termuda Indonesia ini Lebih Memilih Bangun perusahaan di Jepang, Ini Alasanya

Doktor Termuda Indonesia ini Lebih Memilih Bangun perusahaan di Jepang, Ini Alasanya


Doktor Termuda Indonesia ini Lebih Memilih Bangun perusahaan di Jepang, Ini Alasanya


Kebanyakan masyarakat Indonesia biasanya akan lebih mudah dalam mencari kerja dengan gelar yang didapatkannya, apalagi jika sudah lulus S2 atau S3 biasanya lebih memilih menjadi akademisi atau dosen. Tapi hal itu tak terjadi pada doktor teknik termuda di Indonesia ini. Sejak kuliah ia jatuh bangun merintis usaha, dan kini ia malah sudah mempunyai perusahaan yang bergerak di bidang trading di Indonesia dan Jepang.

Arief Setiawan (25) tak terlahir dari keluarga konglomerat. Dulu ayahnya hanya pegawai bank, sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa. Arief mengaku merupakan tipikal orang yang tak suka diperintah. Ia juga bukan tipikal orang yang suka melakukan sesuatu yang berulang. Hal itulah yang membuat dirinya tak melamar di perusahaan migas nasional maupun internasional seperti yang dilakukan teman-temannya. Ia lebih memilih untuk merintis usaha.

Tahun 2008 ia mulai merintis usaha Pisang Penyet Bang Kiming di Jogja. Bermodal uang Rp 700 ribu hasil tabungan dan pinjaman orangtua, ia membuat gerobak dan membeli kebutuhan berdagang. Saat itu memang sedang booming berjualan dengan gerobak. Tiga bulan pertama tak pernah untung bahkan rugi, baru bulan ke empat ia bisa sedikit merasakan keuntungan.

"Saat saya lulus dari UGM bulan Agustus 2009, saya adalah pemuda berpenghasilan bersih Rp 10-15 juta per bulan. Sempat jadi franchise company dan membuka cabang sampai 32 buah yang mayoritas milik mitra saya," kata Arief.

Lantaran ia harus berangkat ke Jepang untuk S2 dan S3. ia harus mengelola usahanya jarak jauh. Hambatan jarak ternyata membuat usahanya itu rontok. Ia lalu mengubah rukonya itu menjadi toko kelontong. Selain itu, pada 2010 silam ia juga nekat membangun bisnis peternakan dengan modal pinjaman dari bank. Usahanya di Indonesia itu dikelola oleh keluarganya, ia hanya mengontrol dari Jepang via Skype.

Karena waktunya yang masih luang di Jepang, ia lalu mencari-cari celah untuk berbisnis di Jepang. Berbagai macam bisnis pun ia coba di sana. Saat menawarkan bisnis sparepart ke perusahaan Indonesia, tak ada yang menanggapi Arief, bahkan ia pun dicerca sebagai anak kecil yang tak tahu apa-apa.

Berbekal kesalahan saat mencoba bisnis ekspor-impor Indonesia-Jepang, ia pun mulai melakukan ekspor sparepart motor gede ke Indonesia. Dari situlah bisnis ekspor-impor atau trading ia mulai hingga bisa membentuk PT Kiming Indotrading Investama yang menangani urusan ekspor-impor barang Jepang-Indonesia.

Lulus S3, ia memutuskan untuk tetap tinggal di Jepang. Ia lalu mendirikan Kiming International. Dari usahanya itu, kini omzetnya pun mencapai miliaran.

Arief mengaku, saat ini pertanyaan yang paling banyak masuk pada dirinya adalah alasannya tak kembali ke Indonesia dan menjadi dosen. Seolah seseorang yg bergelar doktor harus menjadi dosen atau akademisi, padahal menurutnya tidak juga. Ia lebih menghabiskan waktunya di Jepang mengambangkan bisnisnya.

"Tapi, kalau almamater saya mengundang saya untuk jadi dosen tamu, saya pasti datang. Atau kalau negara membutuhkan saya, saya tanpa ragu menyanggupinya. Jika tidak ada undangan, saya akan berkontribusi untuk negara lewat perusahaan saya," kata pemuda kelahiran Semarang 6 Januari 1990 ini.

Semoga banyak anak muda harapan bangsa yang dapat membangun bangsanya sendiri.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Doktor Termuda Indonesia ini Lebih Memilih Bangun perusahaan di Jepang, Ini Alasanya"

Post a Comment